Banjarnegara – Agus, salah satu guru Bahasa Arab MTs Maarif NU 01 Susukan (Matsaka) desa Kedawung Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara, pada Senin, 07 November 2022 mengajar anak didiknya menggunakan media wayang kulit.
Siswa ditugaskan untuk maju berpasangan ke depan kelas memainkan wayang kulit layaknya seorang dalang kondang berdialog menggunakan bahasa Arab. Para siswa tampak antusias memainkan wayang tersebut dan berebut menunggu giliran maju di depan teman temannya.
Bukan hal kebetulan Agus membawa wayang ke sekolah dan mengajar anak didiknya menggunakan media wayang kulit. Menurutnya, penggunaan media wayang selain untuk menarik perhatian juga untuk memperkenalkan budaya nusantara khususnya wayang kulit pada generasi muda dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional.
Hari Wayang Nasional (HWN) sendiri diperingati setiap tanggal 07 November setiap tahunnya. Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 30 Tahun 2018, tertanggal 17 Desember 2018. Keppres tersebut ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di hadapan para perwakilan budayawan dan seniman di Istana Merdeka.
Disela-sela mengajar Agus menjelaskan sedikit tentang sejarah Hari Wayang Nasional. Menurutnya, sejarah HWN ini berdasarkan usulan masyarakat, ekosistem komunitas pewayangan Indonesia melalui Sekretariat Nasional Wayang Indonesia atau Senawangi. Usulan tersebut kemudian dihantarkan oleh Kemendikbud, Kementerian PMK dan Setneg.
Beliau juga memberi pesan kepada para anak didiknya, “Kita sebagai anak bangsa harus bangga dan cinta pada budaya nusantara, termasuk wayang yang dulunya dijadikan media penyebaran agama Islam oleh para wali”, imbuhnya
Dalam hal ini Kepala MTs Maarif NU 01 Susukan, M. Nur Imam Fathoni juga menyampaikan apresiasi, “Media pembelajaran semacam ini perlu dikembangkan. Selain materinya tersampaikan, anak-anak juga dikenalkan dengan budaya nusantara . Ini sangat bagus.” tuturnya.
Ia juga berharap guru-guru yang lain juga kreatif menggunakan media yang mengangkat tema budaya dan kearifan lokal.