Nurlaela Isnaeni Tekankan MGMP IPA Berani Adakan Kompetisi Sains

Banjarnegara – Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) MGMP IPA MTs Kabupaten Banjarnegara telah memasuki In ke-tiga. Kali ini dilaksanakan di Aula Auditorium Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara (17/11).   Kegiatan In kali ini dititikberatkan untuk refleksi kegiatan On yang dilaksanakan sebelumnya.

Dalam sambutannya, Nurlaela Isnaeni selaku pengawas MTs MA Kabupaten Banjarnegara memberikan tantangan kepada para peserta yang merupakan guru IPA MTs binaannya.

“Guru IPA itu harus kreatif tidak hanya mengajar saja, tapi mau meng-eksplore kemampuannya dalam menulis. Berani menulis berita, PTK, jurnal ilmiah, best practice atau juga bisa membuat konten-konten di youtube dangan materi yang bermanfaat dan berhubungan dengan IPA,” tegasnya.

Nurlaela Isnaeni juga dengan tegas tekankan MGMP IPA agar berani menjawab tantangan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara untuk menyelenggarakan lomba mapel IPA tingkat Kabupaten Banjarnegara yang diikuti oleh seluruh siswa MTs se-Kabupaten Banjarnegara. Lomba ini sebagai upaya untuk memicu dan mengetahui bibit-bibit potensial dalam bidang IPA sehingga di Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang merupakan event paling bergengsi di lingkungan Kementerian Agama, Kabupaten Banjarnegara bisa melaju sampai ke tingkat nasional.

Selain memberikan tantangan dan motivasi, pengawas yang akrab disapa Lela ini juga mengingatkan agar guru IPA zaman now tidak lagi mengajar dengan metode ceramah saja. Setelah mengikuti PKB ini, semua guru IPA harus mengajar dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, berpusat pada siswa, dan memanfaatkan lingkungan sekitar.

Lebih lanjut, Nurlaela Isnaeni menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran usai pandemi Covid-19 ini dapat menggunakan metode Blended Learning. Blended Learning adalah metode pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka (asynchronous) dan pembelajaran daring (synchronous). Pada saat ini pembelajaran tatap muka sudah 100% dilaksanakan namun guru bisa memanfaatkan smart phone untuk melakukan diskusi atau memberikan tugas yang dikerjakan menggunakan aplikasi Canva, pixelLab atau aplikasi desain lainnya. Pengumpulan tugas tidak lagi menggunakan kertas tetapi memanfaatkan Google Classroom atau menggunakan Google Drive sehingga penggunaan kertas dapat diminimalisir.

“Anak-anak sekarang pegangnya hand phone, jadi berikan mereka kesibukan yang mengarah pada kebaikan, kreativitas, dan pengetahuan supaya waktu mereka untuk bermain game dengan hand phone-nya menjadi berkurang. Guru juga harus belajar IT agar tidak ketinggalan dengan siswanya,” ungkapnya.

Di akhir sambutannya, Nurlaela Isnaeni berpesan selain harus menerapkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan PKB, peserta PKB IPA harus menstransfer ilmu yang diperoleh kepada guru IPA lain yang ada di madrasah masing-masing. (nov/nl)

Bagikan :
Translate »