“Penyuluh sangat di butuhkan kontribusinya menyampaikan program-program pemerintah dalam rangka pembangunan bangsa melalui bahasa agama,” demikian disampaikan Hj. Ngamilah Widyaiswara Balai Diklat Keagaamaan Semarang saat penutupan Diklat Di Wilayah Kerja (DDWK) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara Sabtu ini (08/02).
Kegiatan yang diikuti 2 angkatan Diklat Subtantif yakni Penyuluh Agama Non PNS dan Guru RA/BA/TA dengan jumlah peserta 80 orang bertempat di Aula Kankemenag.
Penyuluh merupakan subyek pemerintah yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam layanan program pemerintah, juga Guru Raudhlatul Aftal yang merupakan pintu pertama pendidikan anak usia emas.
Dengan jaman yang semakin maju, Penyuluh dan Guru perlu meningatkan kompetensinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Salah satunya penyusunan bahan ajar yang benar dan tepat menjadikan bahan ajar mewarnai program lembaga penyelenggara.
“Usia emas generasi muda perlu ditanamkan manajemen moderat yang sesuai dengan iklim Indonesia, “ tandasnya.
Juga ruh Pancasila, UUD 1945 dan menerima perbedaaanya dengan adanya Bhineka tunggal Ika serta NKRI yang memiliki hak dan kewajiban, imbuhnya.
“Disamping itu perlu perubahan paradigma pendidikan yang membentuk anak menjadi kritis, aktif, kolaboratif dan berkomunikasi. Hal ini dalam rangka menyongsong pendidikan masyarakat 5.0. Termasuk mengarahkan pendidikan dan lembaga keagamaan menuju literasi,” ucapnya.
Adapun Uji kompetensi Penyuluh Agama dan Guru RA pada DDWK, nilai akhir kompetensi didapatkan dari aspek bagaimana menyerap pengetahuan dan bagaimana melaksanakan tugas selama diklat.
Hasil akhir dari pendidikan diklat dari 40 penyuluh dan 40 guru RA mendapatkan lulus 100%. “Semoga ilmu yang didapat bisa menunjang program pemerintah dan lembaga masing-masing menuju masyarakat yang maju dan yang moderat,” pungkasnya. (Nangim/rf)