Banjarnegara – Kelas IIA memasuki pelajaran Tema yaitu pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) materi “karya seni tiga dimensi”. (2/3)
Siswa – siswi kelas II A MI Ma’arif Al Falah Joyokusumo pada pembelajaran Karya Seni Tiga Dimensi sangatlah tertarik dan antusias. Terlebih lagi bahan yang digunakan adalah plastisin.
Diawali dengan Guru memberikan materi secara klasikal, selanjutnya siswa mengidentifikasi bentuk simbol-simbol geometrik. Setelah itu, siswa diarahkan untuk mempraktikkan model simbol-simbol geometrik, model bunga, serta model hewan yang telah disampaikan.
“Aku sangat senang belajar sambil bermain menggunakan plastisin, warnanya menarik, lentur dan bisa dibuat apa saja. Kali ini aku mau membuat bunga saja ustadzah,” ucap Sahla salah seorang siswa Kelas IIA.
Menurut Fitriyani Fidya, wali kelas IIA menuturkan bahwa mempraktikkan karya tiga dimensi dengan plastisin ini mampu mengembangkan kecerdasan spasial pada siswa. Kecerdasan spasial merupakan satu dari tujuh kecerdasaan yang dimiliki oleh setiap siswa. Adapun pengertian kecerdasan spasial ini adalah sebuah kecerdasan yang dapat digunakan untuk mengenali objek dan pemandangan yang ada di lingkungan aslinya.
Kecerdasan ini juga dapat digunakan ketika seseorang membuat lukisan grafis dua dimensi, tiga dimensi, atau simbol-simbol lain seperti peta, diagram, atau bentuk-bentuk geometrik.
“Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek pada materi karya tiga dimensi ini, dapat meningkatkan kreativitas serta dapat mengembangkan kecerdasan spasial pada siswa,” ungkapnya
Dari model pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan spasial siswa ini, Wahyul Khomisah sebagai Kepala Madrasah sangat mengapresiasikan kelas tersebut, dan berharap guru-guru kelas lainnya pun bisa mengembangkan kecerdasan yang lain pada siswanya.
“Saya sangat mengapresiasi kepada guru-guru yang dalam mengajar selalu menerapkan tujuh kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, serta mengapresiasi pula kepada guru-guru yang dalam mengajar menggunakan metode dan model yang kreatif, inovatif dan menarik. Sebagai contoh di kelas IIA ini, sudah otomatis menjadi barometer bagi siswa untuk mengembangkan kecerdasan spasial yang telah mereka miliki,” pungkas Wahyul. (ff/wk)