Motivasi dan Semangat Santri Pesantren melalui Pospeda dan MQK

Pembinaan generasi muda dalam bidang olahraga dan seni perlu ditumbuh kembangkan agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa, berkualitas unggul, sportif dan daya saing tinggi. Santri pondok pesantren perlu mendapatkan porsi yang sama dengan para pelajar lainnya hubungannya pembinaan tersebut. Oleh karena itu melalui pekan seni antar pondok pesantren tingkat Kabupaten Banjarnegara tidak dapat lagi ditangani secara sekedarnya tetapi harus secara professional.

Kementerian Agama memiliki wahana untuk mewujudkannya dalam bentuk Pekan Olahraga Dan Seni Antar Pondok Pesantren(POSPEDA) dan Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK). Ajang perlombaan ini bertujuan untuk mewujudkan jati diri pondok pesantren juga untuk berprestasi dan berkreasi dalam bidang olahraga dan seni serta kajian kitab kuning.

Melalui Tema “Melalui Pekan Olahraga Dan Seni Antar Pondok Pesantren (Pospeda) Dan  Musabaqoh Qiro’atil  Kutub (MQK), Kita wujudkan Revolusi Mental Santri Untuk Mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara melalui Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) melaksanakan kegiatan tersebut Selasa (31/05). Bertempat di Ponpes Miftahussholihin Brayut-Sigaluh, kegiatan di buka secara resmi oleh Kepala Kankemenag, Farhani.

Pengasuh Ponpes, KH. Ngisom dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas ditempatkannya pelaksanaan kegiatan di ponpes tersebut. Beliau mengatakan “Orang Islam tidak hanya mempelajari Al-Qur'an Hadits, tapi perlu mendapatkan pedoman kehidupan yang dijabarkan dalam kitab kuning, warisan para ulama”. KH. Ngisom berharap dengan MQK bisa sebagai semangat dan menambah kemauan untuk mempelajari kitab kuning walau tidak untuk musabaqoh saja.

Selanjutnya Kepala Kankemenag, Farhani menuturkan bahwa Pospeda dan MQK merupakan kegiatan pemerintahan yang dibiayai oleh APBN yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan semua bisa berpastisipasi. Beliau juga menceritakan ihwal Pesantren dalam kontek “Tafaquhu Fiddin” melalui pengajaran agama untuk semua kalangan. Namun belakangan terjadi degradasi jati diri pesantren dalam ilmu agama, juga perubahan karakter dari pesantren itu sendiri.

“Untuk itu perlu adanya motivasi dan stimulan, dari pemerintah diantaranya berbentuk kegiatan Pospeda dan MQK ini”, ujar Farhani.  Dorongan pemerintahan diwujudkan salah satunya dengan kesetaraan dengan pendidikan formal, disamping dukungan kegiatan keagamaan dengan melibatkan pondok pesantren.

Setelah dibuka resmi oleh kantor, peserta di infokan aturan lomba dan tempat lomba. POSPEDA melombakan Seni Qosidah Kolaborasi dan Hadroh, Pidato Bahasa Arab, Pidato dan Bahasa Indonesia. Sedangkan MQK terbagi Marhalah Ula (Fiqh Sulamut Taufiq   , Nahwu Al – Ajrumiyah, Akhlaq Ta’limul Muta’allim, Tarikh Khulasoh Nurul Yaqin) dan Marhalah Wustho (Tafsir Tafsirul Jalalain, Fiqh Fathul Qarib, NahwuImriti).(Nangim)