Banjarnegara-Guru adalah aktor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru bertanggung jawab menjadikan pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu memberikan hasil yang berkualitas. Salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dan tidak boleh dikesampingkan adalah media pembelajaran.
Terlihat pada Rabu, (18/1/23) salah satu Guru PPKn MTs N 1 Banjarnegara yaitu Siti Masruroh sedang mengajar salah satu kelas 9E dengan menggunakan metode Case Method dan Team Based Project Learning dalam materi Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
“Melalui model pembelajaran ini, peserta mampu berdiskusi untuk memecahkan kasus atau masalah. Penerapan metode ini akan membantu peserta didik mengasah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreativitas. Sedangkan, Team Based Project merupakan metode yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata berbasis proyek yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok, ” terang Siti Masruroh.
Menurutnya, Kebanyakan guru-guru saat ini, khususnya guru PPKn, masih menerapkan konsep pembelajaran konvensional, begitu juga dengan media pembelajaran konvensional. Jika tidak ada inovasi dan kreasi dari guru maka dampaknya yang paling jelas adalah pada siswa.
“Siswa akan merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran PPKn sehingga hasil belajar pun menjadi rendah.” Lanjutnya.
Hal itu terbukti dari salah satu siswa kelas 9E yaitu Devi Syifana. Menurutnya, Ibu Siti Masruroh mampu menjelaskan materi dengan apik. Sehingga para siswa mampu menangkap dengan cepat materi yang disampaikan. Tidak hanya itu, para siswa juga dituntut untuk memberikan karya kreasinya dengan cara menempel satu demi satu gambar yang melatarbelakangi dengan tema Kebhineka Tunggal Ika di dalam kertas manila.
Sebagaimana diketahui, Bhinneka Tunggal Ika Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang walaupun bangsa kita berbeda dan beragam dalam hal suku bangsa, mata pencaharian, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ras/keturunan serta gender tetapi harus tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
“Sebagai warga negara Indonesia, kita harus dapat menerapkan persatuan dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-lain.” Terang Siti Masruroh kepada siswa/siswi kelas 9E.
Menurutnya, tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang setiap orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa peduli kepentingan bersama. (ran)