Banjarnegara – Di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, melalui kegiatan pesantren “ Nahariyah” MI Al Fatah menerbarkan bibit unggul “Pecinta Al Qur’an”. Tehnik penebaran benih ini dengan cara percepatan Qiroati, dan Thafidz, tadarus bersama, simakan, tilawah dan literasi Al Qur’an. (18/4)
Al-Ghazali menyatakan bahwa segenap potensi anak, baik jasmani maupun akal, hendaknya dicurahkan untuk menerima pendidikan utama ini, agar anak mendapatkan bahasa aslinya dan agar akidah bisa mengalir dan tertanam pada kalbunya. Hal ini menjadi dasar kuat penyelenggaraan Program “Pecinta Al Qur’an“.
Arif, selaku ketua Panitia Pesantren Ramadhan sepakat dengan pemikiran kepala madrasah bahwa dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al-Qur’an sejak dini. “Sejak masa anak-anak tingkat MI maka kecintaan itu akan bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak terhadap hal yang lain, karena masa kanak-kanak itulah masa pembentukan watak yang utama,” ungkapnya.
Anak ibaratnya adalah lembaran yang masih polos dan putih. Bila sejak dini ditanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an maka benih-benih kecintaan itu akan membekas pada jiwanya dan kelak akan berpengaruh pada perilakunya sehari-hari, berbeda bila kecintaan itu ditanamkan secara terlambat di masa dewasa, tandasnya.
Informasi dari koordinator, Tikfi menginformasikan bahwa MI Al Fatah mengerahkan 25 guru tahfidz, 1 guru tilawah, dan 16 guru qiroati bersama panitia dalam kegiatan tersebut.
“Harapannya benih –benih itu akan segera bersemi dan tumbuh dengan baik. Dan tentu membutuhkan kerjasama yang solid dan kedisiplinan yang ekstra,” imbuhnya.
Melalui pesantren “Nahariyah” ini, semoga akan muncul bibit-bibit unggul yang tertanam kuat kecintaannya terhadap Al Qur’an. Dan sudah 4 hari ini berjalan, nampak sekali para santri masih semangat mengikutinya. Walaupun masih ada beberapa ananda kelas 1 yang mengeluh haus, dan capek. namun hal ini tidak mengurangi semangatnya mengikuti shalat berjama'ah,’tadarus bersama, latihan tilawah, percepatan qiroati dan tahfidz serta kegiatan lainnya.
Rasa banggapun di ungkapkan para wali santri yang saya temui pada saat mengantar putra/putrinya, pada obrolannya mereka bercerita bahwa setelah mengikuti kegiatan ini ananda dirumah jadi sering buka Al Qur’an, membaca, dan menghafalnya. Sehingga pada masa pandemi anak-anak lebih betah dirumah dan sibuk dengan Al qur’annya tanpa kita suruh. Kesadaran seperti ini sungguh membuat kita bangga dan terharu melihat anak-anak kita sibuk dan semakin cinta terhadap Al Qur’an. ( NASD/mnh)